Senin, 13 Mei 2013

Sir Alex Ferguson, Sebuah Hikmah Kesabaran

Andai saja para petinggi Manchester United (MU) tidak mau bersabar menunggu selama 4 tahun hasil kerja Sir Alex untuk menghasilkan titel juara pertama berupa trofi FA Cup tahun 1990, mungkin tidak akan ada kejayaan yang panjang untuk MU hari ini.
Kejayaan berupa raihan 2 trofi Liga Champions, menguasai Liga Inggris selama lebih dari dua dekade, raihan trofi di level international dan eropa sampai pada trofi FA Cup dan Piala Liga serta community shield.
Tidak cukup sampai pada raihan juara, kesabaran petinggi MU juga berbuah pada konsistensi dalam menjaga kekuatan team.
Silih berganti pemain kunci bermunculan dan seakan tidak pernah berhenti memberi bukti kejelian Sir Alex dalam memilih pemain yang akan menjalankan taktik teamnya.
Mulai dari Mark Hughes, Bryan Robson, Eric Cantona, David Beckham, Cristiano Ronaldo sampai yang teranyar Robin Van Persie.
Semuanya menjadi sebagian kecil dari banyaknya pemain kunci yang mengawal kesuksesan panjang Sir Alex di MU. 

Sir Alex Ferguson hadir di Old Trafford pada tahun 1986 dan butuh 4 tahun baginya untuk menghadirkan gelar pertama bagi MU.
Jangan berharap cerita tersebut terulang di masa sekarang yang selalu menuntut hasil instan.
Maka, mengikuti cerita kesuksesan Sir Alex Ferguson tidak hanya sebatas membicarakan kemampuan hebat seorang Manager Sepakbola yang konsisten lebih dari dua dekade mengawal kesuksesan sebuah klub dan membawanya menjadi fenomena global (konon MU memilik fans terbanyak di muka bumi).
Cerita kesuksesan Sir Alex Ferguson juga adalah cerita hikmah kesabaran dari para petinggi klub untuk menunggu hasil dari sebuah proses.

Bayangkan anda berada di tahun 1990, saat fans MU membentangkan spanduk hujatan agar Sir Alex mundur dari posisinya karena sampai 4 tahun tidak kunjung memberikan gelar juara bagi MU. Mungkin anda akan masuk dalam barisan fans yang menghujat itu.
Tapi untunglah saat itu petinggi MU mau bersabar dan kita semua tahu apa yang terjadi sampai 20 tahun kemudian.
Tidak hanya menyamai legenda MU lain yang bernama Sir Matt Busby, Sir Alex bahkan melebihinya.
Pencapaiannya bahkan terlihat mustahil untuk disamai saat ini.

Maka, sangat wajar jika pensiunnya Sir Alex pada akhir musim 2012/2013 membawa sebuah keharuan yang mendalam tidak saja bagi pendukung MU, bahkan rival mereka pun memberikan apresiasi atas sebuah perjalanan panjang kesuksesan yang dikawal oleh sosok yang akrab disapa Fergie ini.

Dunia sepakbola menanti sosok jenius seperti Sir Alex yang mampu melahirkan mega bintang sekelas David Beckham, Cristiano Ronaldo sampai Ryan Giggs yang diasuh sejak remaja seperti layaknya seorang ayah menyiapkan anaknya untuk meraih kesuksesan.
Dunia sepakbola juga menanti tangan jenius seperti Sir Alex yang mampu mentransformasi kehebatan seorang pemain menjadi ledakan hebat seperti halnya yang terjadi pada Robin Van Persie (minim gelar di Arsenal tetapi langsung menjadi juara di MU nya Sir Alex), Eric Cantona (seorang juara di Leeds United yang naik level menjadi legenda di MU nya Sir Alex) sampai pada Ruud Van Nistelrooy (predator Liga Belanda yang menemukan tempat pas menjadi striker tajam eropa di MU nya Sir Alex).

Sir Alex adalah buah kesabaran petinggi MU menunggu hasil dari sebuah proses.
Bahkan ketika MU tidak meraih gelar dalam semusim pun tidak pernah ada pembicaraan menyangkut suksesi.
Menjadi ironi jika melihat ketidaksabaran Man City pada Roberto Mancini.
Gelar Liga Primer 2012, FA Cup 2011 seakan tidak cukup mengamankan posisinya hanya karena musim 2012/2013 yang nirgelar.
Menjadi makin ironi melihat manajer legendaris sekelas Carlo Ancelotti yang dimusim perdananya bersama Chelsea langsung meraih Double Winner FA Cup dan Liga Primer harus pergi saat di musim keduanya tidak meraih satu gelar pun.
Kesabaran adalah hal yang sangat mahal dalam dunia sepakbola hari ini.
Padahal efek kesabaran bisa berujung pada dua dekade kesuksesan.
Sir Alex Ferguson adalah contohnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar